Monday, June 26, 2006

#1

Salam,

Al Quran berasal dari kata qoroa atau artinya bacaan, perintah membaca adalah iqro. Al Quran itu secara tekstual sudah sempurna demikian juga secara konseptual al Quran selalu up to date. Al Quran adalah ilmu yang diturunkan Allah untuk memanajemeni manusia dan alam. Oleh karena itu isi al Quran adalah 75 % berbicara mengenai alam.

Yang disebut bacaan itu bukan sekedar rangkaian huruf yang dibunyikan tetapi mengandung suatu pelajaran yang applicable sepanjang jaman. Adapun ceritera-ceritera mengenai nabi-nabi, sejarah dan mengenai Nabi Muhammad sendiri adalah sebenarnya merupakan fakta-fakta (bayyinat) yang pernah terjadi dan ramalan peristiwa yang akan terjadi jika manusia mentaati atau mendustainya. Ceritera-ceritera itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan penokohan para nabi apalagi menceriterakan hal-hal yang diluar nalar seperti mu’jizat dll tetapi suatu ceritera alegoris yang menggambarkan betapa ayat-ayat Allah itu akan menjadi mu’jiz (menguatkan) bagi setiap mu’min apabila mu’min konsekwen melaksanakannya.

Al Quran adalah sebuah petunjuk hidup, idiologi, sebuah ajaran, sebuah konsep sekaligus rinciannya dan contoh-contoh serta paparan faktanya.

QS.61/9 : Dialah yang mengutus rasulNya dengan petunjuk dan diin yang haq agar dimenangkannya diin-diin itu diatas diiin-diin yang lain. Walapun kaum musyrik itu membencinya.

Nabi-nabi itu diutus Allah dengan dua modal utama yaitu petunjuk (Al Quran dan kitab-kitab sebelumnya) dan diin yang haq, yaitu system kehidupan yang haq seperti yang telah ditegakkan oleh para Rasul-Rasul terdahulu, untuk apa ?, tentu saja untuk dimenangkan atas system-system hidup yang lain. Bumi ini milik Allah maka Allahlah yang paling berhak mengatur segala isinya. Aturan itulah yang disebut diinul Islam atau system ketaatan. Pengaturan oleh Allah itu baru bisa dijalankan apabila diin Allah sudah dhohir, sudah menjadi sistem yang menguasai kehidupan manusia dimuka bumi. Oleh karena itu semua Rasul adalah penguasa bumi, Muhammad sebagai rahmatan Lil Alamin adalah ketika Muhammad sudah menjadikan Madinatul Munawarah sebagai pusat kekuasaan manusia dimuka bumi. Pada saat itulah Muhammad telah memperoleh mandat (ridlo) dari Allah sebagai penguasa bumi yang kemudian dilanjutkan oleh para amirul mu’minin. Dengan kekuasaan yang dilandasi dengan diin Islam dimana manusia beraktifitas sesuai dengan fitrahnya (al Quran) yaitu saling merahmati, maka pada saat itulah Islam menjadi rahmatan lil alamin.

Apa yang telah dicapai oleh Muhammad adalah sebuah estafet tugas yang telah dibebankan kepada nabi-nabi sebelumnya dan system serta methode untuk mencapainyapun sama itulah yang disebut sunnah. Sunnah-sunnah yang telah sukses dilaksanakan oleh nabi-nabi terdahulu ini diperankan ulang oleh Nabi Muhammad dengan sukses . Ada jaminan Allah mengenai keberhasilan didalam pelaksanaan Al Quran sebagai wujud pengemban amanat Allah yang dibebankan kepada manusia mu’min.

Karena al Quran ini adalah suatu hudan atau idiologi, maka idiologi ini akan berbenturan dengan penantang-penentang idiologi Al Quran, didalam QS.61/9 penentang tegaknya diin Allah adalah orang musyrik. Musyrik adalah bersifat universal tidak dibatasi oleh idiologi, kegiatan ritual, kepercayaan dan ‘agama’, musyrik berasal dari kata syirik artinya membuat tandingan (andad) terhadap apa yang sudah baku.

Diin Allah adalah sudah baku dan merupakan diin fitrah, diin Allah tidak pernah berubah dan bisa dirubah oleh siapapun. Jadi tidak benar Muhammad dengan al Qurannya diutus untuk menyempurnakan ajaran manusia terdahulu tetapi menegakkan kembali diinul Islam sebagaimana nabi-nabi terdahulu menegakkannya. Diin Allah mempunyai penentang yang latent yaitu diin bathil. Pengikut diin bathil itulah disebut musyrikin. Adapun ciri-ciri musyrikin yang diterangkan Allah didalam al Quran adalah :

1. Orang yang membuat hukum sendiri untuk bangsanya padahal Allah sudah menyediakan hukum yang fitrah buat manusia.
2. Orang yang membuat kekuasaan sendiri, padahal kekuasaan itu adalah hak Allah, tiada manusia yang boleh berkuasa kecuali atas ijin Allah.
3. Orang menerapkan ketaatan manusia atas manusia, padahal Allah melarang manusia berhamba kepada manusia, manusia hanya boleh berhamba kepada Allah.
4. Orang-orang yang menjadikan kecintaan dunia (sex, anak-anak, harta, emas, perhiasan, kendaraan mewah, sawah ladang, binatang peliharaana) sebagai ilah-ilahnya, tujuan hidup hanya untuk mencapai kenikmatan duniawi ini, padahal kehidupan akhirat yaitu kehidupan yang seluruhnya diatur dengan hukum Allah adalah jauh lebih baik.

Manusia begitu disayangi dan dicintai oleh Allah, untuk itu mereka diberikan petunjuk hidup, agar dengan petunjuk hidup itu bisa memikirkan bagaimana upaya-upayanya agar kehidupan seluruh manusia dan alam yang sejahtera, adil, damai dan seimbang. Tetapi manusia telah menutup dirinya (covered/kafir) untuk menerima al Quran sebagai panduan hidupnya dan hanya mau menerima Islam dari 5 perkaranya saja (syahadat, sholat, zakat, puasa dan haji), diluar ibadah itu mereka fikir bisa mengatur dirinya dengan hukum, kekuasaan dan pengabdiannya kepada selain Allah. Mereka mempunyai bacaan-bacaan lain yaitu berupa isme-isme yang justru semakin menjauhkan dirinya dari Allah. Mereka enggan mengiqro kondisi manusia dijamannya dengan al Quran, tetapi memakai isme-isme lain (kapitalisme, yahudiisme, demokrasiisme dll)

Apa yang dirasakan damai dihati, hidup tenang, konaah, ma’rifat hanyalah sebuah manifestasi dari perasaan pribadinya saja.Padahal tidak sekalipun Allah menyuruh mereka untuk hidup dengan cara mereka sendiri berdasarkan ajaran-ajaran diluar al Quran, walaupun mereka itu mengatakan berdasarkan persangkaannya dan mempengaruhi orang lain bahwa yang mereka yakini itu benar adalah benar.

Al Quran diterima sebatas sebagai bacaan-bacaan yang memberikan ‘pahala’, sebagai sarana untuk memohon kepada Allah, sebagai pembenar keyakinannya atau ajaran-ajarannya yang dipikirkan merupakan paling baik buat manusia, sebagai mantera-mantera, sebagai sarana mita ampun kepada arwah-arwah, sebagai sarana istighfar, sebagai hiasan-hiasan mulut dan rumah. Padahal al Quran adalah sebuah karunia besar bagi manusia sebagai sarana yang paling pas bagi manusia agar dengan al Quran itu manusia memiliki kehidupan ilahiyah berdasarkan system yang sudah dibakukan oleh Allah.

Pendusta-pendusta al Quran menganggap al Quran tidak berkaitan dengan sebuah proses untuk memfurqonkan manusia, untuk memisahkan mana masyarakat yang diatur dengan system haq dan mana masyarakat yang diatur dengan system jahil. Padahal ayat alam berkata bahwa air yang kotor apabila dicampur dengan air yang jernih yang berlaku adalah yang kotor. Mereka menentang ayat alam, mereka tidak berfikir bahwa untuk mendapatkan air yang jernih harus dikeluarkan dari air itu kotoran-kotoran yang ada didalamnya, mereka tidak memikirkan bahwa untuk membentuk masyarakat yang ber al Quran, maka orang-orang yang mau kembali kepadaNya, kepada ajaran fitrahNya, harus dikeluarkan dari masyarakat yang kotor yaitu dari masyarakat yang terlanjur percaya bahwa ibadah itu urusan masing-masing dan yang penting mereka berbudi baik tidak perduli apakah tempat mereka itu kotor atau bersih.

Nabi-nabi mengajarkan bagaimana memproses manusia kepada fitrahnya, proses itu dalam garis besarnya adalah melalui kondisi Makiyyah dan Madaniyah. Kondisi Makiiyah adalah kondisi dimana masyarakat ‘menyembah’ Allah tetapi mengingkari hukum Allah (masyaralat plural dan sekular), kondisi Madaniyah adalah kondisi dimana masyarakat mengabdi kepada Allah pada seluruh waktu hidupnya mereka menjalankan ibadah mahdiyah tetapi juga menjalankan apa-apa yang diundangkan Allah kepada mereka (masyarakat yang kaffah).

Al Quran selalu berceritera kondisi Makiyyah (malam/dzulumat/gelap dalam kondisi ini diutuslah seorang Nabi untuk menerangkan nubuwah/prediksi mengenai nasib manusia yang menolak ayat-ayat Allah dan ajron berupa kekuasaan didunia bagi yang mengimani) dan Madaniyah (siang/nur/terang dalam kondisi ini seorang nabi disuruh meninggalklan tugas kenabiannya (khataman nabiy) kemudian mengemban tugas baru sebagai Rasulullah yaitu penegak-penegak raisalah Allah). Untuk merubah kondisi Makiyyah ke Madaniyah hanya bisa dilakukan dengan mengaplikasikan ulang ajaran Al Quran dengan konsekwen mengikuti wahyu-wahyu yang diturunkan Allah sesuai dengan urutan instruksional menuirut turunnya al Quran.

Pendusta-penduta al Quran tidak yakin al Quran wahyu itu akan diturunkan lagi kepada manusia, dan tidak yakin bahwa al Quran bisa dilaksanakan ulang, sebab mereka tidak menganggap al Quran itu sebagai sunnah para Rasul, mereka tidak yakin bahwa mereka bisa faham al Quran karena Rasul sudah wafat, merera tidak yakin bahwa al Quran itu berbicara mengenai masalah pergantian kekuasaan manusia, mereka tidak yakin bahwa Nabi dan rasul itu hanyalah sebuah jabatan yang tentu saja sifatnya sebagai sunatullah yang tidak akan berubah sepanjang sejarah manusia dibumi dan akan diberikan kepada siapa yang mau kembali kepada Allah, yaitu kembali melakukan ulaAl Haqqoh sering ditafsirkan dengan hari kiyamat, hari akhirat, padahal dalam al Haqqoh diceriterakan kehancuran bangsa-bangsa besar dibumi karena mendustai hukum-hukum Allah, puncaknya ketika Firaun mengatakan Ana Robbukumul 'Ala (Saya penguasa hukum tertinggi). Jelas ini bertentangan dengan ajaran yang berlaku saat ini yang diyakini sebagian besar manusia bahwa hari kiyamat hanya satu pengertian yaitu hancurnya alam semesta.

Akhirat itu sebenarnya punya dua makna

(1) Hari Penghukuman kaum musyrikin, munafikun dan kafirun, dengan memberi tenggat waktu 4 bulan (Baca QS.9/2), dimana setelah itu manusia menerima hukumannya. Akhirat disini adalah akhir kekuasaan orang-orang yang berhamba kepada manusia, berhamba kepada hukum konsensus manusia, berhamba kepada penguasa yang tidak berdasarkan hukum Allah. Dalam al Quran dikisahkan hancurnya bangsa-bangsa besar yaitu Kaum Add, Tsamud, Firaun, Roma dan Parsi.

Manusia selepas dari kekuasaan Rasul, kemudian sudah menjadi kebiasaannya menolak hukum Allah karena menganggap pengabdian itu hanya masalah orang-per-orang masalah pribadi, sedang negara adalah urusan suatu bangsa. Itulah sekedar ilustrasi kehidupan berfirqoh menurut al Quran, yaitu kehidupan yang pluralis atau kehidupan musyrik.

Kehidupan ini disandarkan oleh kemauan orang-orang bodoh yang tidak berilmu (yaitu menyandarkan pada suara terbanyak). Sedang kehidupan Rasul adalah disandarkan pada kehidupan yang dipimpin oleh orang-orang yang terpilih, orang-orang yang dicintai Allah.

Akhirat sering diartikan dengan qiyamah, yaitu kebangkitan orang mati (qolbu) menjadi hidup (menerima kehidupan wahyu). Mereka adalah orang-orang muqorrobun yaitu orang-orang yang dekat dan dicintai Allah, yang mengabdikan dirinya hanya untuk 'lillah' untuk li'ilai kalimatillah (menjunjung tinggi prinsip Lailahaillallah. Mereka itulah orang-orang yang mampu untuk IQRO, yaitu membaca situasi bangsanya apakah dalam kemusyrikan atau keimanan kepada Allah yang ukurannya bukan banyaknya mesjid dan banyaknya orang sholat tetapi adalah hukum apa yang diikuti manusia saat itu, apakah hukum Jahiliyah atau hukum Allah.

Tentu saja hari akhirat disini adalah hari hancurnya kekuasaan bangsa besar, yang musyrik. Manusia tidak yakin bahwa Amerika Serikat akan bisa hancur. tetapi ketika Uni Sovyet hancur, mereka sedikit berfikir. Ketika al Quran menceriterakan Firaun dan Roma hancur, mereka tidak berfikir, mereka menganggap itu hanya dongengan kuno yang tidak membawa pelajaran bagi Muslim.

Orang-orang mukmin yang mengimani hari qiyamah, saat ini adalah saat kebangkitan orang mati (qolbunya), saat mulai mengumpulkan tulang-tulang yang berserakan, menjadi sesuatu kekuatan yang siap menyongsong jatuhnya kedzaliman besar yang dipelopori oleh penganjur demokrasi dan pluralisme.

(2) Akhirat kedua adalah hari kepastian, yaitu tatkala manusia sudah mati, sudah ditetapkan amalannya dan dosanya, sudah ditetapkan pahala dan siksanya, yang tidak mungkin dosanya simati dikurangi dengan doa-doa dan harapan dari orang yang masih hidup (keluarga atau murid-murid atau pengikutnya).

Olehnya kalau mau menyelamatkan dan membebaskan manusia dari dosa, bacakan dan ajarkan al Quran ketika masih hidup bukan setelah mati sebab sudah terlambat !!! Hari telah dihisab seluruh dosa dan amalan, apakah waktu hidup ia beramal sholeh (menjadi penolong Allah untuk menegakkan syariatNya), atau beramal salah (sekedar berbuat baik, sholat dll tetapi tidak untuk menegakkan aturan Allah).

Dimana letaknya akhirat ini, tidak lah jelas tetapi pasti ada apakah disidratul munthaha atau diplanit lain. Mengimani akhirat sebagai hari kehancuran alam semesta adalah pemikiran yang jahil yang menghinakan Allah.

(a) Allah sebagai Robbul 'alamin (pencipta,pengatur, pemelihara), adalah merupakan suatu kesatuan antara Dia dengan CiptaanNya. Kalau ciptaannya dihancurkan total lalu apakah julukan Allah
bukan Robbul 'Alamin lagi ?

(b) Allah menciptakan hidup dan mati sebagai sunatullah, manusia, binatang, tumbuhan, planet ada yang dimatikan dan diciptakan. Ini terus berlangsung, kalau alam semesta dihancurkan, lalu apakah Allah bukan al Kholiq lagi.

Nah ke'imanan' yang sempit tentang Allah yang justru melenceng, akan bisa menyesatkan manusia bersikap terhadap ajaran Allah.

Kebanyakan orang meyakini bahwa qiyamah hanya satu pengertian, inipun salah, yaitu hancurnya alam semesta. Mereka tidak mengimani bahwa kiyamat adalah hancurnya systim (diin) manusia yang mendzalimi hukum, kekuasaan dan ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu 'ibadah' mereka adalah ibadah yang mengada-ada, memperbanyak pensucian diri melalu dzikir, sholat, puasa, haji dll kemudian menafikan kekuasaan, hukum, ketaatan sebab mereka pikir itukan sekedar fatamorgana yang menipu.

Padahal bagaimana Allah akan menjadi Robb manusia, kalau tidak ada manusia yang menegakkan kekuasaan Allah ? Sungguh sayang mereka telah tertipu oleh kepemahaman yang salah tentang hari qiyamah.
Bisakah manusia masuk sorga hanya sekedar berbuat baik ? Kalau bisa tentu Rasulullah itu tidak usah diutus untuk mengganti system manusia dzalim dengan system (diin) Allah, Rasulullah tidak perlu untuk mengajak manusia keluar dari kemusyrikan. Kalau benar hanya sekedar berbuat baik maka rasulullah cukup menerbitkan buku tuntunan sholat, puasa zakat dan haji tidak perlu al Quran, toh al Quran oleh manusia bukan dijadikan uswah tetapi sekedar untuk membenarkan keyakinan terhadap ajarannya sendiri.

QS.3/142 Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar al Quran sebagai petunjuk hidup manusia.

QS.30/9 Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku lalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku lalim kepada diri sendiri.

kedatangan Nabi adalah untuk memperingatkan orang-orang yang memakmurkan bumi (materialist) untuk kembali kepada System Fitrah yaitu hanya bertaat kepada Allah. Al Haqqoh adalah konsekwensi penolakan daripada ajakan para Nabi. Al Haqqoh adalah Kiyamatnya penguasa dunia, dan ini setidaknya telah terjadi selama 25 kali dengan diutusnya para Rasul.

sayang didalam visinya kehidupan dunia tidaklah penting, akhirat dalam arti akhirnya kekuasaan Syaithan tidak penting. Yang penting hari Hisab. Surat At Taubah adalah surat hari hisab yang sebenarnya bagi kaum musyrik didunia. Didunia dihisab diakhirat nantipun akan dihisab.

Mungkin sunatullah itu bukan berarti apa-apa, dengan berkata 'alam taro, Allah tidak dianggap apa-apa, sebab dikira hidup ini yang paling penting adalah hidup setelah akhir jaman. Padahal Allah telah berapa kali menganggap Khalif-khalifNya. Untuk apa ?, tentunya bukan untuk memproduksi buku tuntunan sholat, zakat, puasa dan haji, tetapi untuk memimpin manusia berkuasa dibumi.

QS.24/55 : Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.

Itulah sunatullah dan sifat sunatullah adalah terus berlangsung dan selalu berulang.

Zikir atau zakaro artinya mengingat (kan). Jadi aktifitas zikir adalah aktifitas mengingatkan diri kita dan orang lain dengan alat ingat yaitu al Quran.

Qs.2/119 : Sesungguhnya Kami telah mengutusmu dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka.

Rasulullah diutus untuk menyampaikan kabar gembira, yaitu Islam sebagai sistem hidup manusia, dan kabar peringatan (naziiron) yaitu jangan sekali-kali melanggar fitrahnya manusia adalah pengabdi Allah berdasarkan ilmunya Allah tentunya.

Jadi seorang yang berzikir (Muzakkir) adalah orang yang selalu memberikan peringatan kepada yang lain, agar orang selalu ingat perintah dan larangan Allah. Seorang Muzakkir bukan hanya sebatas mengingatkan tetapi juga mengajak manusia untuk menegakkan hukum Allah, sehingga hukum bisa dilaksanakan sebab ada yang menegakkannya.

Zikir dalam arti ritual melantunkan asmaul husna bukan dzikir, tetapi orang mengatakan sesuatu tetapi tidak berbuat apa-apa atas yang dikatakannya :

QS.61/2. Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?

QS.61/3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.

Sungguh orang-orang yang demikian itu sangat dibenci Allah, walaupun didalam hatinya dengan melantunkan asmaul husna dia merasa tenteram dan tenang.

Seorang yang sedang berzikir dengan zikir "Subhanallah, Alhamdulillah dan Allahu Akbar", adalah orang yang selalu mengingatkan orang lain agar selalu bersabaha (beraktifitas) untuk Allah, dengan cara-cara yang terpuji hanya dengan cara (ilmu) Allah untuk mengakbarkan Allah sehingga Allah itu menjadi Robbinaas, Malikinaas dan Ilahinaas.

Alhamdulillah,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home